Pages

Monday, November 18, 2013

“SOLUSI DOSA (6): PENGUDUSAN” (Lanjutan...)

“SOLUSI DOSA (6): PENGUDUSAN” (Lanjutan...)
Allah Mahakudus. Itu benar. Tetapi mengatakan Allah Mahakudus, janganlah karena latah atau copy paste dari perkataan orang lain melainkan berdasarkan pengenalan dan penerimaan pewahyuan (inspirasi). Pewahyuan adalah Allah telah bertindak untuk menyatakan siapa diri-Nya. Dan salah satu hal paling penting dari pewahyuan itu adalah kekudusan-Nya. Topik tersebut telah dibahas secara panjang lebar. Kekudusan Allah terlihat dalam tindakan-Nya ketika melepaskan cawat Adam dan menggantikannya dengan cawat buatan Allah yang terbuat dari kulit binatang. Dalam peristiwa itu kekudusan Allah telah dinyatakan. Kematian binatang yang diambil kulitnya adalah prototipe dari pengorbanan Yesus Kristus yang menyucikan dosa-dosa manusia, sekaligus sebagai nubuat yang telah digenapi dua ribu tahun yang lalu ketika Yesus disalibkan.

Kekudusan Tuhan juga terlihat dengan jelas dalam perintah hukum Taurat dan prosesi ibadah umat Israel di Bait Suci Musa menurut imamat Lewi. Baik perintah hukum Taurat maupun prosesi ibadah, MUTLAK harus didekati berdasarkan kekudusan umat-Nya. Sebelum beribadah mereka harus dikuduskan lebih dulu. Demikian juga seorang imam harus dikuduskan lebih dahulu sebelum melakukan tugas keimamannya. Jika aturan ini dilanggar maka akibatnya fatal yaitu kematian baik jemaat maupun imam tersebut. Karakter dan atribut Allah yang paling ditakuti oleh umat Israel adalah kekudusan-Nya. Oleh sebab itu bangsa itu menyebut Allah dengan nama YAHWE. Tidak ada kompromi dan toleransi bagi mereka yang tidak mengindahkan arti kekudusan Allah. Kita diingatkan oleh dua orang putera imam besar Harun, Nadab dan Abihu, yang mati disambar api Tuhan karena tidak mengindahkan kekudusan-Nya ketika mereka melaksanakan tugas keimaman.

Alkitab mencatatkan ceritanya sebagai berikut:
Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka. Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN.Berkatalah Musa kepada Harun: "Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku." Dan Harun berdiam diri (Imamat 10:1-3).

Reaktivitas dan murka Allah yang mengerikan tampak dalam cerita di atas. Sebuah reaksi yang lahir dari kekudusan-Nya yang tidak bisa dipandang rendah dan dilecehkan umat-Nya atau siapapun. Mungkin secara manusia kesalahan mereka sangat sepele yaitu mempersembahkan “api asing” di hadapan Tuhan. Bagi Tuhan perbuatan kedua orang anak Harun tersebut adalah masalah yang sangat serius dan fatal karena mereka telah menyerang kekudusan-Nya. Bandingkanlah antara kekudusan dengan kebenaran Allah dari perspektif resiko. Ada banyak dosa serius, seperti perzinahan, yang sering dilakukan oleh umat-Nya tetapi murka Allah tidak turun seketika. Namun reaktivitas dan murka Tuhan akan terjadi seketika dan langsung jika bangsa itu beserta para imam melanggar kekudusan-Nya. Kematian tragis Nadab dan Abihu adalah contoh.

Oleh sebab itu Allah berfirman: “Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Imamat 19:2). Seruan yang sama masih tetap berlaku sampai sekarang. Setiap orang yang mengatakan dirinya beribadah kepada Allah yang Mahakudus, haruslah memperhatikan kekudusannya. Tetapi anehnya, kekudusan itu tidak pernah bisa dikerjakan oleh tangan manusia. Sebagaimana umat Israel yang dikuduskan melalui penyembelihan hewan korban yang dikhususkan untuk itu demikian juga pengudusan bagi setiap orang percaya masa kini. Allah telah menyediakannya di dalam Yesus. Allah hanya akan menerima oranglah dikuduskan darah Yesus, di luar itu pasti ditolak.

Mungkin ada orang yang bertanya, mengapa keadaan seperti dulu tidak terjadi lagi pada masa kini? Bukankah banyak orang yang dosanya belum diampuni berani “datang” di hadapan Tuhan? Dengan kata lain, mengapa dosa-dosa serius yang dilakukan manusia masa kini tidak diganjar dengan murka yang menyala-nyala? Apakah Allah sudah menurunkan standar kekudusan-Nya sehingga reaktivitas dan murka-Nya hilang? Tentu jawabnya tidak! Pada masa perjanjian lama reaktivitas dan murka Tuhan akan reda dan hilang ketika umat dan hamba-hamba-Nya dikuduskan lebih dahulu sebelum beribadah dan melayani di bait Suci. Di sanalah hewan-hewan yang dikorbankan berperan. Melalui pemercikan darah hewan-hewan itu dosa mereka diampuni dan dikuduskan sehingga murka dan amarah Tuhan yang Mahahebat itu tidak membunuh mereka. Bukan hanya itu, darah hewan yang dikorbankan menjadi jaminan semua umat diterima di hadirat-Nya.

Semua itu menggambarkan dan merupakan bayangan karya Yesus sebagai Anak Domba Allah yang dikorbankan untuk menghapus dosa-dosa manusia. Darah-Nya menyucikan secara sempurna dosa orang-orang yang percaya kepada-Nya. Itulah satu-satunya cara pengudusan yang disediakan Tuhan. Oleh sebab itu reaktivitas dan murka Allah yang menyala-nyala diredakan, bahkan hilang, atas setiap orang yang dikuduskan darah-Nya. Hal itu telah digenapi secara sempurna dalam diri Yesus Kristus. Wahyu sudah genap. Dengan demikian wahyu telah sempurna. Di luar Yesus Kristus sebagai wahyu dan imamat Allah yang terakhir dan sempurna adalah kebohongan iblis. Iblislah yang telah memberi “hikmat” menggunakan cawat daun ara untuk menutupi ketelanjangan mereka ganti cawat kulit binatang. Iblis pulalah yang menebar kebohongan dengan berkata dosa manusia bisa dihapus oleh agama dan perbuatan baik ganti korban Yesus yang tersalib. Dan kebohongan itu terus berlanjut hingga kiamat tiba.

Renungkanlah firman Tuhan ini: “...tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibr. 9:22). Jika demikian, bagaimana mungkin manusia bisa diampuni dan dikuduskan dari segala dosanya jika tidak ada korban untuk itu? Apabila seseorang berdoa: “Ya, Allah...ampunilah dosa-dosaku...” Apa jaminan bahwa Allah menghapus dosa-dosa orang tersebut? Apakah kata-kata manusia yang disampaikan dengan indah bisa memberi kelegaan karena Allah sudah dipastikan memberi ampunan-Nya? Jawabnya TIDAK. Allah hanya akan mengampuni dosa-dosa apabila seseorang dengan iman datang menghampiri tahta kasih karunia Allah yaitu Yesus yang tersalib. Tanpa penumpahan darah Yesus, tidak ada pengampunan. Dan salah satu arti pengampunan itu adalah pengudusan.

Pengudusan yang disingkapkan Allah melalui karya Yesus Kristus menyatakan tidak ada kemungkinan bagi manusia untuk menguduskan dirinya sendiri. Di kalangan orang percaya telah terjadi perdebatan sengit mengenai topik ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah hanya menerima orang yang menguduskan dirinya sendiri. Mereka berdalih dengan ayat in. sebab ada tertulis: “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Pet. 1:16). Menurut mereka orang percaya yang tidak menguduskan dirinya tidak akan diterima oleh Allah. Jika orang itu mati, maka neraka menjadi tempatnya yang pasti. Pemikiran seperti itu dipengaruh konsep agama sebagaimana telah dijelaskan secara panjang lebar dalam tulisan ini. Mereka tidak menyadari bahwa tuntutanTuhan akan kekudusan adalah mutlak dan sempurna bagi setiap orang yang ingin diterima Allah.Dengan kata lain, kekudusan yang diterima Allah harus sesuai dengan standar Allah sendiri. Kurang dari itu mustahil diterima!

Tetapi, siapakah di antara manusia yang sanggup membangun kekudusan yang memenuhi standar Allah yang tiada terbatas itu? Mampukah manusia membangun kekudusan setara dengan kekudusan Allah? Bisakah manusia membangun kekudusan sampai ke langit? Harap diingat kembali, kematian Nadab dan Abihu yang mati hangus terbakar disambar api Tuhan tampaknya disebabkan dosa kecil dan sepele. Padahal sejatinya dosa mereka sangat berat karena tidak memenuhi standar kekudusan Allah. Demikian sempurnanya kekudusan dan tuntutan Tuhan itu. Siapakah yang mampu memenuhinya? Allah tidak akan pernah menurunkan standar kekudusan-Nya sedikit pun sehingga setiap orang memiliki kemampuan dan kemungkinan dapat mencapai kekudusan-Nya. Berapa banyak pendeta yang mengajarkan hal tersebut? Mereka mengajarkan supaya orang percaya berusaha membangun kekudusan dan menjadikannya sebagai dasar penerimaan Tuhan. Pengajaran seperti itu adalah sesat dan melahirkan kemunafikan! Mereka sadar tidak akan mampu mencapai kekudusan Allah tetapi tetap melakukannya. Bukankah itu kemunafikan?

Berhentilah membangun kekudusan. Terimalah kekudusan yang telah dibuat dan disediakan oleh Allah di dalam Yesus Kristus. Terimalah dengan IMAN. Hanya Yesus Kristus sajalah yang sanggup memenuhi tuntutan kekudusan Allah. Perbuatan dan amal baik manusia adalah gombal di hadapan Tuhan. Yesaya mengatakan: “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin” (Yes. 64:6). Dengan IMAN kekudusan dan penerimaan Tuhan menjadi nyata. Jangan terjebak dengan konsep agama. Tinggalkan cara itu dan berlarilah ke tahta kasih karunianya selagi masih tersedia wakti bagi kita. Jika Anda dan saya sudah mati, tidak akan ada kesempatan kedua.

Anda dan saya tidak bisa mempersembahkan kain kotor kepada Tuhan. Pencapaian Anda dan saya akan kekudusan adalah gombal. Hanya kekudusan Yesus yang memenuhi standar kecemerlangan kekudusan Allah. Dengan mempercayai Yesus maka kekudusan Allah dianugerahkan sehingga kekudusan setiap orang percaya mencapai standar kekudusan Tuhan. Jangan melecehkan Tuhan dengan mempersembahkan kehidupan yang telah cemar dan najis dengan berfikir perbuatan dan amal baiknya akan diterima Allah. Jika orang percaya pun mustahil mencapai standar kekudusan Tuhan, bagaimana lagi mereka yang tidak percaya? Firman Tuhan: “Bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis” (Tit. 1:15). Tegakah Anda mempersembahkan kenajisan di hadapan Tuhan oleh ketiadaan iman? BUAT SAUDARAKU YANG KEKASIH DALAM YESUS KRISTUS, SELAMAT PASKAH 2013.

WARNING

Ibr. 9:13-14
Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup (to be continued...).

0 komentar:

Post a Comment