“SOLUSI DOSA (2): OBYEKTIFITAS PENGAMPUNAN”
Dosa tidak terhapus dengan perbuatan baik, ajaran agama, filsafat dan
sebagainya seperti telah diuraikan pada tulisan yang lalu. Adam dan Hawa
berdosa karena melanggar perintah Tuhan, bukan karena melakukan sebuah
kejahatan (crime). Mereka telah berdosa sebelum kejahatan eksis.
Kejahatan manusia mulai muncul setelah Adam dan Hawa dibuang ke luar
taman Eden, ke bumi. Di sanalah manusia mulai melakukan kejahatan
sebagai buah dosa. Jika hanya sekedar perbuatan jahat, maka dosa bisa
dihentikan dengan cara berhenti melakukan kejahatan. Tetapi faktanya
tidak demikian. Sebagai dosa warisan, maka semua orang sudah berdosa
sejak awal meskipun seseorang tidak pernah melakukan kejahatan. Dosa
dalam arti hakekat adalah melanggar perintah Tuhan, sedangkan dosa
sebagai kejahatan adalah pelanggaran terhadap peraturan hukum dan
hak-hak orang lain. Telah disebut bahwa satu-satunya cara untuk
menyelesaikan masalah dosa manusia adalah PENGAMPUNAN.
Siapakah
yang berwewenang mengampuni dosa manusia? Jawabnya sangat sederhana
yaitu Tuhan. Semua orang tahu itu. Meskipun semua orang tahu bahwa
Tuhanlah yang berhak mengampuni dosa, tetapi kebanyakan pengetahuan
manusia bersifat subyektif dan tidak obyektif. Subyektifitas inilah yang
membuat manusia salah memahami makna pengampunan. Obyektif tidaknya
pengetahuan manusia senantiasa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan yang
mahapenting ini: 1) Bagaimana cara Tuhan untuk mengampuni manusia. 2)
Apa bukti bahwa Tuhan mengampuni dosa manusia? 3) Apa jaminan bahwa dosa
manusia diampuni? Obyektifitas pengetahuan tergantung secara mutlak
bagaimana seseorang menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
Mari kita elaborasi pernyataan di atas dengan mengutip sebuah firman
Tuhan yang berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal” (Yoh. 3:16). Sebagai referensi ilahi, maka semua yang tertulis
dalam Alkitab adalah kebenaran mutlak.
Pertanyaan pertama
yaitu “bagaimana cara Tuhan mengampuni dosa manusia?” Ayat di atas
mengatakan “Allah mengaruniakan Anak-Nya.” Kehadiran Anak-Nya yang
tunggal di dunia ini adalah fakta sejarah, bukan khayal. Fakta ini jelas
obyektif. Kedatangan Yesus ke dunia dan kemudian disalibkan adalah
kehendak Allah bukan kehendak manusia. Dengan disalibnya Yesus maka
tersedia korban penebus dosa. SALIB adalah cara Allah satu-satunya untuk
mengampuni dosa manusia. Di sana Yesus disalibkan dengan luka-luka yang
mengucurkan darah. Darah untuk pengampunan dosa. Oleh sebab itu penulis
kitab Ibrani mengatakan: “... dan tanpa penumpahan darah tidak ada
pengampunan” (Ibr. 9:22). Oleh sebab itu terlalu naif manusia mengatakan
Tuhan itu mahapengampun tetapi tidak mengerti bagaiman cara Tuhan
mengampuni dosa. Tanpa mengetahui cara bagaimana dosa diampuni maka
pengetahuan tersebut adalah subyektif.
Pertanyaan kedua, “apa
bukti Tuhan mengampuni dosa?” Jawaban atas pertanyaan ini adalah
KEMATIAN Yesus Kristus. KEMATIAN Yesus adalah bukti kasih Allah dan
fakta bahwa dosa diampuni. Pengampunan tidak mungkin terjadi jika Yesus
Kristus tidak MATI. Bukankah dosa telah mengakibatkan manusia harus MATI
secara pisik dan rohani? Kematian tersebut bertujuan untuk membayar
utang dosa setiap orang. Tetapi karena kasih yang tidak terbatas Yesus
Kristus rela menggantikan manusia mati. Jika seseorang percaya kepada
Yesus maka utang dosa orang itu telah dibayarkan lunas melalui
kematian-Nya. Sangat naif pula pemahaman manusia yang mengatakan “Tuhan
mahapengampun” tetapi tidak bisa menunjukkan bukti bahwa sudah terjadi
pelunasan atas dosa tersebut. Ingat: dosa bukanlah sesuatu yang bisa
diabaikan begitu saja. Dosa adalah utang yang menuntut pembayaran. Harga
yang pas untuk membayar dosa adalah KEMATIAN. Kematian Yesus adalah
harga untuk pelunasan hutang dosa. Tidak ada pengampunan tanpa kematian
Yesus Kristus.
Pertanyaan ketiga, “apa jaminan dosa manusia diampuni?” KEBANGKITAN!
Kebangkitan Yesus dari KEMATIAN menjamin dosa semua orang percaya
diampuni. Kebangkitan adalah bukti kemenangan Yesus terhadap dosa. Jika
Yesus tidak bangkit maka mustahil terjadi kemenangan dan sia-sialah
mempercayai Dia.Tetapi faktanya Dia bangkit dari kematian dan hidup
kembali. Sekali lagi, kebangkitan-Nya menjadi jaminan bagi setiap orang
percaya dosa-dosanya diampuni. Ketika orang-orang percaya mati, dan
memang pasti mati, Tuhan akan membangkitkan mereka kembali untuk hidup
kekal. Sedangkan orang-orang mati yang dosanya belum diampuni akan
dibangklitkan juga BUKAN untuk menerima kemuliaan sorgawi tetapi hukuman
dan kehinaan kekal di neraka.
Percaya akan adanya kebangkitan
orang mati itu baik. Banyak orang percaya pada kebangkitan orang mati.
Pertanyaannya, apakah kebangkitan itu akan membuat seseorang menerima
kemuliaan kekal atau kehinaan kekal? Pertanyaan ini harus direnungkan
baik-baik sementara masih hidup. Jika manusia sudah mati, yang
tertinggal adalah penghakiman terakhir. Semua orang yang dosanya belum
diampuni akan dibangkitkan untuk dihukum sedangkan mereka yang dosanya
sudah diampuni akan hidup kekal bersama Tuhan di dalam kerajaan-Nya.
WARNING
Rom. 5:8-9:
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena
Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih,
karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan
diselamatkan dari murka Allah (to be continued...)
0 komentar:
Post a Comment