“SOLUSI DOSA (3): PENERAPAN PENGAMPUNAN”
Topik tentang dosa dan solusinya adalah topik yang paling banyak
disalah-mengerti oleh orang-orang percaya apalagi yang belum percaya.
Hal itu disebabkan karena dosa tidak dimengerti secara jelas. Apa yang
telah diuraikan dalam tulisan sebelumnya kiranya akan membuat para
pembaca menjadi jelas mengerti tentang dosa dan solusinya.
Pertanyaannya, apakah seseorang yang dosanya sudah diampuni melalui
pengorbanan Yesus tidak akan melakukan dosa lagi? Apakah mereka sudah
kudus dalam seluruh hidup dan tingkah lakunya? Bukankah kenyataannya
orang-orang yang sudah diampuni dosanya masih banyak melakukan dosa?
Bukankah banyak orang percaya yang iri hati, menyimpan dendam,
kebencian, berpikiran kotor, cabul dan ribuan lagi dosa yang tidak dapat
disebutkan satu per satu?
Pertanyaan-pertanyaan di atas banyak
sekali membuat orang-orang percaya bingung. Orang-orang yang belum
percaya merasa skeptis dan menganggap kekristenan itu tidak masuk akal
dan utopia. Oleh sebab itu harus ada pembelaan (apologetik) yang memadai
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Memang ada banyak
doktrin dalam kekristenan yang sepertinya kontradiksi dengan realitas.
Untuk itu perlu penjelasan. Anehnya, banyak orang percaya tidak mampu
memberi jawaban yang argumentatif dan induktif. Kebanyakan penjelasan
yang diberikan bersifat deduktif, praduga, prasangka dan pemahaman ala
kadarnya sehingga membuat lebih banyak lagi orang bingung dan skeptis.
Mari kita selesaikan kebingungan ini. Pertnyaan, apakah dosa orang yang
sudah diampuni dan dihapus tidak lagi membuat orang itu melakukan dosa?
Dengan kata lain, apakah orang percaya masih bisa melakukan dosa? Untuk
menjawab pertanyaan ini maka yang harus dipahami lebih dahulu adalah
realitas penciptaan. Manusia diciptakan Tuhan dengan dua personalitas.
Pertama, PERSONALITAS TERDALAM yaitu roh yang tercipta dari hembusan
nafas Allah. Tentunya semua orang tahu bahwa manusia dibangun dengan
eksistensi roh. Pada awalnya, sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, roh
manusia masih suci dan tidak berdosa. Melalui roh itu Adam dan Hawa
mampu berelasi dan berkomunikasi dengan Allah secara langsung. Dalam
kitab Kejadian dengan jelas disebutkan Allah dengan Adam dan Hawa sering
bersekutu. Persekutuan itu digambarkan dengan kalimat: “Ketika mereka
mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu
pada waktu hari sejuk,...” (Kej. 3:8). Di taman Eden Allah senantiasa
datang menghampiri manusia pertama itu untuk bersekutu.
Tetapi
setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, persekutuan mereka dengan
Allah terputus dan hilang. Roh manusia sebagai personalitas yang setara
dengan pribadi Allah yang adalah Roh tercemar oleh dosa dan
terdegradasi. Allah Roh, maka barang siapa hendak menyembah Allah harus
menyembah dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Tetapi roh Adam dan Hawa
sudah tercemar dosa sehingga mustahil bisa menyembah dan bersekutu
dengan Allah secara benar. Semua kemewahan dan hak privilege untuk
bertemu dengan Tuhan dicabut. Itulah harga ketidaktaatan yang telah
dipilih oleh Adam secara sadar. Esensi manusia adalah roh, sifatnya
kekal dan tidak terbinasakan. Oleh sebab itu ketika seseorang mati tidak
berarti segalanya akan berakhir. Memang kehidupan fana akan berhenti
dengan matinya seseorang, tetapi menjadi awal babak baru dalam alam
baka.
Kedua, PERSONALITAS LUAR manusia. Disebut juga dengan
tubuh fisik atau jasmani. Tubuh diciptakan dari materi berbahan tanah.
Tubuh menjadi hidup ketika roh manusia berdiam di dalamnya. Ketika Allah
menghembuskan nafas kehidupan, bukan hanya personalitas terdalam yaitu
roh yang hadir dan berdiam dalam diri Adam tetapi tubuh pisik terbuat
dari tanah yang tadinya mati menjadi hidup (bios). Itu sebabnya orang
akan hidup apabila rohnya masih beridiam di dalam tubuhnya. Tetapi jika
seseorang mati, rohnya tercabut, maka seketika itu tubuh pisiknya mati
dan akan kembali jadi tanah. Ketika menciptakan Adam, Allah merancang
untuk hidup kekal. Tubuh yang mereka miliki meskipun terbuat dari tanah,
diciptakan bisa bertahan selama-lamanya. Tetapi oleh karena dosa, baik
personalitas terdalam (roh) dan personalitas luar (fisik) degradatif dan
destruktif. Artinya, secara roh manusia terpisah dari Allah dan akan
binasa selamanya, sedangkan pisiknya akan hancur terurai menjadi tanah.
Bacalah kembali Alkitab Anda. Dalam kitab Kejadia Allah berfirman:
“tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu,
janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah
engkau mati." (Kej. 2:17). Perhatikan kata “mati” di ayat itu. Allah
tidak berdusta dengan firman-Nya ini. Sesungguhnya Adam dan Hawa
mengalami kematian ketika mereka berdosa dengan memakan buah terlarang.
Diawali mati secara roh dan akhirnya jasmani. Kematian secara roh
terjadi seketika sedangkan mati secara jasmani terjadi kira-kira 900
tahun kemudian. Kematian rangkap dua (double impact) inilah yang
diwariskan kepada seluruh keturunannya sepanjang segala abad hingga
kiamat tiba.
Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa dosa
mengakibatkan manusia mati secara rohani dan jasmani. Bukan hanya itu,
jiwa sebagai ekspresi manusia yang terdiri dari pikiran, keinginan,
kehendak turut pula tercemar dosa. Bobroknya persoanalitas terdalam
manusia tersalurkan ke dalam jiwa dan akhirnya termanifestasi ke dalam
sikap (jasmani). Jadi semua kejahatan yang terlihat dalam tindakan
seseorang adalah sebuah proses yang diawali jiwa yang tercemar, kemudian
berakhir pada tindakan jahat (Mat. 15:19). Bisa dibayangkan. Keadaan
itulah yang diwaris kepada semua manusia keturunan Adam. Dan dengan
alasan itu pulalah Allah menghukum manusia di neraka selama-lamanya jika
Allah tidak melakukan tindakan penyelamatan. Ternyata Tuhan mempunyai
rencana atas manusia berdosa. Melalui Yesus Kristus Allah melakukan
penyelamatan sebagaimana telah diuraikan pada tulisan yang lalu.
Kematian Yesus Kristus bertujuan untuk menghapus dosa sekaligus
menciptakan manusia baru. Oleh darah Yesus yang tercurah di kayu salib
semua orang yang percaya diampuni dan disucikan serta lahir kembali
secara rohani. Roh manusia yang dulu mati dihidupkan melalaui kehadiran
Roh Kudus. Roh Allah dan roh orang percaya menyatu dan tidak akan pernah
terpisahkan. Oleh sebab itu Roh Allah dan roh manusia bisa berseru: “Ya
Abba, ya Bapa” (Rom. 8:15). Roh manusia yang belum diampuni, disucikan
dan dilahirkan kembali mustahil melakukan hal itu dan akan terus menerus
di dalam dosa kecuali dia datang kepada Allah dan bertobat. Dengan
tegas Yohanes berkata: “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak
berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak
dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah” (1 Yoh. 3:9).
Selanjutnya dia menulis: “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari
Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah
melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya” (1 Yoh. 5:18).
Siapakah yang lahir dari Allah? Semua orang percaya lahir dari Allah,
lahir secara roh, bukan pisik atau jasmani. Lebih lanjut ayat itu
berkata; “setap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat DOSA.” Itu
berarti roh mereka yang lahir dari Allah sudah diampuni, disucikan dan
tidak mungkin berdosa. Pengampunan itu terjadi sekali untuk selamanya.
Oleh sebab itu keselamatan orang percaya mustahil hilang. Apabila orang
percaya tersebut mati, maka rohnya yang sudah diampuni, disucikan dan
menyatu dengan Roh Kudus akan kembali kepada pemiliknya yaitu Allah
meskipun jasmaninya mati. Kelak, pada waktu kebangkitan tubuh orang
percaya tersebut akan dibangkitkan, diubahkan dan digantikan dengan
tubuh baru yang disebut tubuh kebangkitan. Tubuh itu akan menyatu dengan
rohnya dan hidup kekal selamanya bersama Allah. Bukankah itu sangat
mulia dan menghibur?
Tetapi harus diingat, meskipun roh orang
percaya telah diampuni dan disucikan sehingga mustahil berdosa, tetapi
jiwanya harus dibaharui terus menerus. Tubuh orang percaya tidak turut
dilahirkan. Tubuh itu disebut tubuh daging karena di dalamnya dosa masih
giat bekerja melalui berbagai keinginannya (lust). Keinginan daging
tersebut akan terus menerus berjuang mempengaruhi dan mengalahkan jiwa
orang percaya (Rom. 7:23). Melalui keinginan daging inilah orang-orang
percaya dimungkinkan melakukan dosa. Bukankah di atas telah disebut
bahwa jiwa terdiri dari unsur pikiran, perasaan dan kehendak? Ketika
seseorang memikirkan, katakanlah percabulan, maka perasaannya dengan
cepat terbakar dan mendukung keinginan untuk segera melakukan
percabulan. Ketahuilah, perasaan sangat mudah terbakar dan mudah padam.
Ketika pikiran dan perasaan sudah dibakar oleh api percabulan, maka
orang itu sudah jatuh dalam dosa perzinahan baik secara pikiran dan
dengan berbagai cara dan kesempatan akan diwujudkan dalam tindakan.
Sebagai kesimpulan, pertanyaan apakah orang percaya masih bisa
melakukan dosa? Jawabannya, roh orang percay mustahi berdosa tetapi
jiwanya masih dimungkinkan melakukan dosa oleh karena godaan dan
rangsangan manusia lama yang masih bercokol dalam tubuh jasmaninya.
Ketika orang percaya tergoda dengan mengikuti keinginan dagingnya, maka
saat itu dia jatuh ke dalam perbuatan dosa. Ingat, perbuatannya yang
berdosa dan tercemar, bukan rohnya. Oleh sebab itu, manusia baru yang di
dalamnya diam roh yang sudah dibaharui, diampuni dan disucikan harus
lebih kuat dan dominan agar bisa mengalahkan keinginan manusia lamanya.
Jangan kuatir, Allah menyediakan pengampunan kepada anak-anak-Nya yang
jatuh ke dalam dosa. Di sinilah peran pengampunan bagi orang percaya
yang melakukan dosa berlaku. Setiap hari dengan rendah hati orang
percaya harus mengakui dosa-dosa yang dilakukannya. Paulus berkata;
“Dalam segala hal kita masih banyak melakukan kesalahan.” Jadi penerapan
pengampunan yang disediakan Allah senantiasa berlaku bagi orang-orang
percaya ketika ia melakukan dosa melalui jiwanya.
WARNING
1 Yoh. 1:9
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia
akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan ( to be continued...)
0 komentar:
Post a Comment