Pages

Monday, November 18, 2013

“SOLUSI DOSA (3): PENERAPAN PENGAMPUNAN”

“SOLUSI DOSA (3): PENERAPAN PENGAMPUNAN”
Topik tentang dosa dan solusinya adalah topik yang paling banyak disalah-mengerti oleh orang-orang percaya apalagi yang belum percaya. Hal itu disebabkan karena dosa tidak dimengerti secara jelas. Apa yang telah diuraikan dalam tulisan sebelumnya kiranya akan membuat para pembaca menjadi jelas mengerti tentang dosa dan solusinya. Pertanyaannya, apakah seseorang yang dosanya sudah diampuni melalui pengorbanan Yesus tidak akan melakukan dosa lagi? Apakah mereka sudah kudus dalam seluruh hidup dan tingkah lakunya? Bukankah kenyataannya orang-orang yang sudah diampuni dosanya masih banyak melakukan dosa? Bukankah banyak orang percaya yang iri hati, menyimpan dendam, kebencian, berpikiran kotor, cabul dan ribuan lagi dosa yang tidak dapat disebutkan satu per satu?

Pertanyaan-pertanyaan di atas banyak sekali membuat orang-orang percaya bingung. Orang-orang yang belum percaya merasa skeptis dan menganggap kekristenan itu tidak masuk akal dan utopia. Oleh sebab itu harus ada pembelaan (apologetik) yang memadai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Memang ada banyak doktrin dalam kekristenan yang sepertinya kontradiksi dengan realitas. Untuk itu perlu penjelasan. Anehnya, banyak orang percaya tidak mampu memberi jawaban yang argumentatif dan induktif. Kebanyakan penjelasan yang diberikan bersifat deduktif, praduga, prasangka dan pemahaman ala kadarnya sehingga membuat lebih banyak lagi orang bingung dan skeptis.

Mari kita selesaikan kebingungan ini. Pertnyaan, apakah dosa orang yang sudah diampuni dan dihapus tidak lagi membuat orang itu melakukan dosa? Dengan kata lain, apakah orang percaya masih bisa melakukan dosa? Untuk menjawab pertanyaan ini maka yang harus dipahami lebih dahulu adalah realitas penciptaan. Manusia diciptakan Tuhan dengan dua personalitas.

Pertama, PERSONALITAS TERDALAM yaitu roh yang tercipta dari hembusan nafas Allah. Tentunya semua orang tahu bahwa manusia dibangun dengan eksistensi roh. Pada awalnya, sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, roh manusia masih suci dan tidak berdosa. Melalui roh itu Adam dan Hawa mampu berelasi dan berkomunikasi dengan Allah secara langsung. Dalam kitab Kejadian dengan jelas disebutkan Allah dengan Adam dan Hawa sering bersekutu. Persekutuan itu digambarkan dengan kalimat: “Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk,...” (Kej. 3:8). Di taman Eden Allah senantiasa datang menghampiri manusia pertama itu untuk bersekutu.

Tetapi setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, persekutuan mereka dengan Allah terputus dan hilang. Roh manusia sebagai personalitas yang setara dengan pribadi Allah yang adalah Roh tercemar oleh dosa dan terdegradasi. Allah Roh, maka barang siapa hendak menyembah Allah harus menyembah dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Tetapi roh Adam dan Hawa sudah tercemar dosa sehingga mustahil bisa menyembah dan bersekutu dengan Allah secara benar. Semua kemewahan dan hak privilege untuk bertemu dengan Tuhan dicabut. Itulah harga ketidaktaatan yang telah dipilih oleh Adam secara sadar. Esensi manusia adalah roh, sifatnya kekal dan tidak terbinasakan. Oleh sebab itu ketika seseorang mati tidak berarti segalanya akan berakhir. Memang kehidupan fana akan berhenti dengan matinya seseorang, tetapi menjadi awal babak baru dalam alam baka.

Kedua, PERSONALITAS LUAR manusia. Disebut juga dengan tubuh fisik atau jasmani. Tubuh diciptakan dari materi berbahan tanah. Tubuh menjadi hidup ketika roh manusia berdiam di dalamnya. Ketika Allah menghembuskan nafas kehidupan, bukan hanya personalitas terdalam yaitu roh yang hadir dan berdiam dalam diri Adam tetapi tubuh pisik terbuat dari tanah yang tadinya mati menjadi hidup (bios). Itu sebabnya orang akan hidup apabila rohnya masih beridiam di dalam tubuhnya. Tetapi jika seseorang mati, rohnya tercabut, maka seketika itu tubuh pisiknya mati dan akan kembali jadi tanah. Ketika menciptakan Adam, Allah merancang untuk hidup kekal. Tubuh yang mereka miliki meskipun terbuat dari tanah, diciptakan bisa bertahan selama-lamanya. Tetapi oleh karena dosa, baik personalitas terdalam (roh) dan personalitas luar (fisik) degradatif dan destruktif. Artinya, secara roh manusia terpisah dari Allah dan akan binasa selamanya, sedangkan pisiknya akan hancur terurai menjadi tanah.

Bacalah kembali Alkitab Anda. Dalam kitab Kejadia Allah berfirman: “tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kej. 2:17). Perhatikan kata “mati” di ayat itu. Allah tidak berdusta dengan firman-Nya ini. Sesungguhnya Adam dan Hawa mengalami kematian ketika mereka berdosa dengan memakan buah terlarang. Diawali mati secara roh dan akhirnya jasmani. Kematian secara roh terjadi seketika sedangkan mati secara jasmani terjadi kira-kira 900 tahun kemudian. Kematian rangkap dua (double impact) inilah yang diwariskan kepada seluruh keturunannya sepanjang segala abad hingga kiamat tiba.

Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa dosa mengakibatkan manusia mati secara rohani dan jasmani. Bukan hanya itu, jiwa sebagai ekspresi manusia yang terdiri dari pikiran, keinginan, kehendak turut pula tercemar dosa. Bobroknya persoanalitas terdalam manusia tersalurkan ke dalam jiwa dan akhirnya termanifestasi ke dalam sikap (jasmani). Jadi semua kejahatan yang terlihat dalam tindakan seseorang adalah sebuah proses yang diawali jiwa yang tercemar, kemudian berakhir pada tindakan jahat (Mat. 15:19). Bisa dibayangkan. Keadaan itulah yang diwaris kepada semua manusia keturunan Adam. Dan dengan alasan itu pulalah Allah menghukum manusia di neraka selama-lamanya jika Allah tidak melakukan tindakan penyelamatan. Ternyata Tuhan mempunyai rencana atas manusia berdosa. Melalui Yesus Kristus Allah melakukan penyelamatan sebagaimana telah diuraikan pada tulisan yang lalu.

Kematian Yesus Kristus bertujuan untuk menghapus dosa sekaligus menciptakan manusia baru. Oleh darah Yesus yang tercurah di kayu salib semua orang yang percaya diampuni dan disucikan serta lahir kembali secara rohani. Roh manusia yang dulu mati dihidupkan melalaui kehadiran Roh Kudus. Roh Allah dan roh orang percaya menyatu dan tidak akan pernah terpisahkan. Oleh sebab itu Roh Allah dan roh manusia bisa berseru: “Ya Abba, ya Bapa” (Rom. 8:15). Roh manusia yang belum diampuni, disucikan dan dilahirkan kembali mustahil melakukan hal itu dan akan terus menerus di dalam dosa kecuali dia datang kepada Allah dan bertobat. Dengan tegas Yohanes berkata: “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah” (1 Yoh. 3:9). Selanjutnya dia menulis: “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya” (1 Yoh. 5:18).

Siapakah yang lahir dari Allah? Semua orang percaya lahir dari Allah, lahir secara roh, bukan pisik atau jasmani. Lebih lanjut ayat itu berkata; “setap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat DOSA.” Itu berarti roh mereka yang lahir dari Allah sudah diampuni, disucikan dan tidak mungkin berdosa. Pengampunan itu terjadi sekali untuk selamanya. Oleh sebab itu keselamatan orang percaya mustahil hilang. Apabila orang percaya tersebut mati, maka rohnya yang sudah diampuni, disucikan dan menyatu dengan Roh Kudus akan kembali kepada pemiliknya yaitu Allah meskipun jasmaninya mati. Kelak, pada waktu kebangkitan tubuh orang percaya tersebut akan dibangkitkan, diubahkan dan digantikan dengan tubuh baru yang disebut tubuh kebangkitan. Tubuh itu akan menyatu dengan rohnya dan hidup kekal selamanya bersama Allah. Bukankah itu sangat mulia dan menghibur?

Tetapi harus diingat, meskipun roh orang percaya telah diampuni dan disucikan sehingga mustahil berdosa, tetapi jiwanya harus dibaharui terus menerus. Tubuh orang percaya tidak turut dilahirkan. Tubuh itu disebut tubuh daging karena di dalamnya dosa masih giat bekerja melalui berbagai keinginannya (lust). Keinginan daging tersebut akan terus menerus berjuang mempengaruhi dan mengalahkan jiwa orang percaya (Rom. 7:23). Melalui keinginan daging inilah orang-orang percaya dimungkinkan melakukan dosa. Bukankah di atas telah disebut bahwa jiwa terdiri dari unsur pikiran, perasaan dan kehendak? Ketika seseorang memikirkan, katakanlah percabulan, maka perasaannya dengan cepat terbakar dan mendukung keinginan untuk segera melakukan percabulan. Ketahuilah, perasaan sangat mudah terbakar dan mudah padam. Ketika pikiran dan perasaan sudah dibakar oleh api percabulan, maka orang itu sudah jatuh dalam dosa perzinahan baik secara pikiran dan dengan berbagai cara dan kesempatan akan diwujudkan dalam tindakan.

Sebagai kesimpulan, pertanyaan apakah orang percaya masih bisa melakukan dosa? Jawabannya, roh orang percay mustahi berdosa tetapi jiwanya masih dimungkinkan melakukan dosa oleh karena godaan dan rangsangan manusia lama yang masih bercokol dalam tubuh jasmaninya. Ketika orang percaya tergoda dengan mengikuti keinginan dagingnya, maka saat itu dia jatuh ke dalam perbuatan dosa. Ingat, perbuatannya yang berdosa dan tercemar, bukan rohnya. Oleh sebab itu, manusia baru yang di dalamnya diam roh yang sudah dibaharui, diampuni dan disucikan harus lebih kuat dan dominan agar bisa mengalahkan keinginan manusia lamanya. Jangan kuatir, Allah menyediakan pengampunan kepada anak-anak-Nya yang jatuh ke dalam dosa. Di sinilah peran pengampunan bagi orang percaya yang melakukan dosa berlaku. Setiap hari dengan rendah hati orang percaya harus mengakui dosa-dosa yang dilakukannya. Paulus berkata; “Dalam segala hal kita masih banyak melakukan kesalahan.” Jadi penerapan pengampunan yang disediakan Allah senantiasa berlaku bagi orang-orang percaya ketika ia melakukan dosa melalui jiwanya.

WARNING
1 Yoh. 1:9
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan ( to be continued...)

0 komentar:

Post a Comment