GBI EL GIBBOR

COME AND JOIN WITH US, PRAISE AND WORSHIP OUR LORD GOD BLESS YOU.....

GBI EL GIBBOR

COME AND JOIN WITH US, PRAISE AND WORSHIP OUR LORD GOD BLESS YOU.....

Pages

Tuesday, December 3, 2013

"ATRIBUT ALLAH"

"ATRIBUT ALLAH"
Kita bisa percaya kepada seseorang jika kita mengenal baik orang itu. Mengenal seseorang bisa dilakukan dengan cara mengerti karakternya. Karakter itu adalah sifat atau status yang melekat pada seseorang atau sering disebut atribut. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang suka bekerja, maka orang itu kita sebut si "rajin," Itulah atributnya. Ada banyak karakter manusia yang bisa diberi atribut untuk mengenalinya.

Untuk bisa menyimpulkan seseorang dan memberi atribut yang tepat dan melekat orisinal kepadanya, maka cara terbaik adalah bergaul dengan orang itu. Seluruh informasi mengenai orang itu secara berjenjang akan tersingkap seiring waktu yang berjalan. Semakin intensif pergaulan itu, semakin cepat kita mengenal dia dan memberi atribut yang akurat.

Demikian juga dengan Allah. Dia adalah pribadi yang mempunyai karakter yang melekat dan original. Allah sudah mewahyukan diri-Nya dan puncak dari pewahyuan itu adalah Yesus Kristus. Jadi dengan mengenal karakter Yesus Kristus, kita bisa mengenal karakter Allah karena karakter keduanya adalah similar. Alkitab mencatatkan berbagai karakter Tuhan yang telah menjadi atribut-Nya untuk selamanya sehingga sangat layak dipercaya. Melalui iluminasi Roh Allah dan bergaul akrab dengan Dia, semua tokoh Alkitab dapat mengenali karakter_Nya yang mengkristal menjadi atribut-atribut-Nya.

Raja Daud merupakan tokoh Alkitab perjanjian lama, yang banyak sekali mengerti karakter Allah dan memberi atribut kepada-Nya. Hal itu wajar saja karena raja Daud bergaul sangat akrab dengan Tuhan. Raja Daud mengenal Tuhan sangat baik. Melalui meditasi atau saat teduh yang dilakukannya setiap pagi, dia mengenal Tuhan sangat dekat. Itulah dasarnya dia memberi atribut kepada-Nya. Perhatikanlah pernyataan raja Daud ini: "Orang yang mengenal nama-Mu (atribut) percaya kepada-Mu..." (Maz. 9:11a).

Banyak orang yang mengaku percaya kepada Tuhan tetapi tanpa dasar kebenaran. Percaya seperti itu hanya sebagai pengakuan mulut dan subyektif. Percaya yang benar terjadi ketika seseorang mengenal Tuhan melalui atribut-Nya yang terbentuk melalui sebuah proses pergaulan yang intensif dan kualitatif lewat firman-Nya. Orang tidak akan percaya kepada Tuhan jika proses ini tidak dilalui. Mengapa seorang bapak mengenal anak-anaknya dengan baik dan begitu juga sebaliknya? Karena sebagai keluarga, mereka selalu bergaul, berkomunikasi dan berinteraksi dari hati ke hati sepanjang waktu yang mereka lalui bersama. Anak-anak bisa mengenal bapaknya dengan baik hanya melalui proses yang demikian. Bahkan, dari suara batuknya saja anak-anak bisa mengenal bapaknya dengan tepat. Perhatikan pula, seorang bapak biasa memberi identitas atau atribut kepada anak-anaknya setelah mengenal mereka dengan baik. Kepada anak yang satu dia memberi atribut "si pemberani" karena anak itu tidak penakut. Kepada anaknya yang lain dia memberi gelar "si pemalas" karena anak yang satu ini malas, dan sebagainya.

Beberapa atribut yang diberikan oleh raja Daud kepada Tuhan dalam kitab Mazmur pasal 9 adalah; 1) Allah mahatinggi (Maz. 9:3b).
2) Allah atau Hakim yang adil (Maz. 9;5b).
3) Allah pembalas (Maz. 9:13).
4) Allah mahabenar.
5) Allah maha pengasih (Maz. 9:14) dan sebagainya.

Raja Daud sangat memahami siapa Allah karena dia benar-benar mengalaminya. Pengenalannya akan Tuhan bukan hanya sekedar pemahaman teologi semata. Pemahaman teologi akan Tuhan tidak memberi makna apapun bagi seseorang. Orang yang memahami Tuhan secara teologis hanya mengenal Dia dari jauh. Tetapi tatkala pengenalan itu lahir dari sebuah pergaulan yang akrab dan intensif, maka maujudlah apa yang dikatakan oleh raja Daud: "Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu..."

Coba baca, perhatikan dan renungkan ayat ini: "Kasihanilah aku, ya Tuhan; lihatlah sengsaraku, disebabkan oleh orang-orang yang membenci aku, ya Engkau, yang mengangkat aku dari gerbang maut..." (Maz. 9:14). Raja Daud mengenal betul karakter Allah yang penuh belas kasih. Itu sebabnya dia mohon belas kasih-Nya. Dari pewahyuan ini kitapun mengerti Allah sebagai "Allah mahakasih." Tetapi dari pergaulan yang akrab dengan Dia kita bisa mengenal atribut belas kasih itu. Antara mengerti dan mengenal ada perbedaan yang signifikan. Dengan penalaran dan intelektualitas kita bisa mengerti Allah tetapi tidak untuk mengenal. Pengenalan akan Tuhan hanya terjadi melalui pergaulan yang akrab dengan Dia. Menurut Daud belas kasih Tuhan tidak hanya menyelamatkan orang percaya dari maut tetapi juga dari orang-orang yang membenci.

Demikianlah, semakin akrab dengan Tuhan, semakin kita mengenal dan percaya kepada Dia. Allah telah menyatakan diri-Nya secara sempurna di dalam Yesus Kristus. Allah yang benar dan sejati adalah Yesus Kristus. Dan seluruh catatan tentang pewahyuan-Nya sudah dituliskan dalam Alkitab. Alkitablah satu-satunya catatan yang benar mengenai Allah dan karya-Nya, sedangkan Roh Kudus memberi iluminasi (penerangan) bagi orang-orang percaya yang mau belajar untuk memahaminya. Jalan terbaik untuk melakukan hal itu adalah melalui saat teduh atau Quiet Time (QT). Lakukanlah itu, maka Anda dan saya akan mengenal dia dengan baik, mengenal atribut-atributnya dan dari sanalah iman itu muncul, iman yang kokoh dan tak tergoyahkan. Saat teduh adalah sarana terbaik untuk merenungkan firman-Nya, bergaul akrab, saling mengenal. Melalui saat teduh orang-orang percaya bisa mengerti jalan yang akan ditempuh dan apa yang hendak dilakukan. Itulah yang menjamin keberhasilan hidup.

"DAN SEGALA LIDAH MENGAKU...

"DAN SEGALA LIDAH MENGAKU..."
 Dalam mazmur yang ditulisnya, Raja Daud menyatakan pandangan teologisnya tentang Allah. Dengan sangat indah dan tepat dia berkata: "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu mengatasi langit" (Maz. 8:2). Raja Daud melihat keagungan atau kebesaran Allah melebihi bumi dan bahkan alam semesta. Dia mengenali transendenalitas Allah yang tidak terjangkau oleh apapun.

Tetapi tiba-tiba Daud mengalihkan perhatiannya kepada manusia. Kontras dengan itu, dia melihat manusia sangat kecil jika dibandingkan dengan alam semesta sehingga dia berkata:

Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: Apakah manusia sehingga engkau mengindahkannya? (Maz. 8:4-5).

Dari ayat ini kita juga bisa melihat pandangan Daud mengenai manusia. Manusia inferior terhadap alam semesta. Alam semesta inferior terhadap Allah. Kesimpulannya, manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan Tuhan. Tidak tahu diri jika manusia menganggap diri besar, mulia dan istimewa. Orang sombong seperti itu pasti masih berada di balik tempurung dan memaknai manusia dari suput pandang manusia pula.

Teologi tentang manusia benar jika sama seperti Daud bisa melihat dan menyadari betapa kecilnya manusia. Teologi Kristen tentang manusia dibangun atas dasar kebenaran ini untuk menyatakan ketergantungan mutlak manusia kepada Allah.

Apa lagi yang bisa dipahami dari pernyataan Daud sebagai kebenaran menurut mazmur tersebut? Bacalah ayat selanjutnya:

Namun Engkau membuatnya hampir sama seperti Allah dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu: segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya... (Maz. 8:6-7).

Perhatikan kata "Engkau telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat..." (Ay. 6b). Kemuliaan dan kehormatan siapakah yang dimaksudkan di sini? Jelas kemuliaan dan kehormatan Allah. Sebuah status yang hanya dimiliki Allah. Kemuliaan Allah adalah Kristus. Jadi, manusia hanya berarti, mulia dan hormat jika memiliki Kristus.

Boleh saja manusia mempunyai pengertian tentang "kemuliaan" dan "kehormatan" menurut pandangannya tetapi kebenaran dengan jelas mengatakan bahwa kemuliaan Allah adalah Kristus.

Bagaimana kita bisa mengerti Yesus Kristus sangat dimuliakan Allah? Bukankah di atas telah disebutkan bahwa manusia itu kecil, lemah dan sangat terbatas? Tetapi dengan segala resiko dari keterbatasan manusia, Allah rela berinkarnasi menjadi manusia. Allah menjadi manusia di dalam diri Yesus yang terkungkung dengan realitas manusia yang sangat terbatas. Apa artinya? Di tengah-tengah banyaknya manusia ingin jadi Allah dengan mengagung-agungkan dirinya, tetapi Allah telah menempuh jalan penuh resiko menjadi manusia yakni Yesus Kristus. Paulus mengatakan:

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, tidak menganggap kesetaraan itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Fil. 2:5-11).

Dengan sangat indah Paulus menjelaskan Yesus adalah Allah melalui sebuah proses kristologis. Dibutuhkan proses kristologi untuk mengakui dan mempercayai ke-Tuhanan Yesus Kristus. Perhatikan kalimat "Allah sangat meninggikan Dia (Yesus). Sebuah pernyataan yang sangat sulit atau bahkan mustahil bisa dipahami oleh manusia. "Allah meninggikan Yesus," bukankah itu paradoks dan misteri? Paradoks artinya di luar jangkauan pemahaman manusia, sedangkan misteri artinya tersembunyi dari intelektualitas manusia. Jadi kalau ada orang yang berkomentar mengenai Yesus dengan pemahaman manusiawinya, maka kesesatanlah yang dipahami.

Dengan mengerti pernyataan raja Daud dalam mazmur yang ditulisnya ini, maka sebagai orang percaya kita mengerti pertama; Allah yang benar adalah Allah yang transenden, kedua; Allah yang benar adalah yang telah jadi manusia atau imanen atau imanuel, ketiga; manusia sangat inferior dibanding alam semesta dan Tuhan, keempat; tetapi manusia menjadi mulia dan terhormat oleh karena mempercayai Yesus Kristus karena Dia adalah kemuliaan Allah. Dan kemuliaan itulah yang dianugerahkan kepada semua orang percaya. Bersyukurlah kepada Allah jika Anda dan saya dipilih-Nya dengan menghiasi kita dengan Kristus. Di dalam Yesus kita tidak lagi inferior dan bukan pula superior, tetapi berharga di mata Tuhan.