Pages

Monday, November 18, 2013

“DOSA DALAM SKENARIO (3)”

“DOSA DALAM SKENARIO (3)”
Tragedi terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah adalah kejatuhan manusia pertama Adam dan Hawa ke dalam dosa. Hal itu terjadi karena ciptaan Tuhan pertama itu lebih memilih dan mengikuti keinginan Iblis yang dipresentasikan oleh sosok ular yang menggoda mereka untuk memakan buah terlarang, dari pada menuruti apa yang telah difirmankan-Nya. Konsekuensi logis dari kejatuhan itu adalah jatunya vonis Tuhan: “Kehidupan manusia yang diciptakan sesuai gambar Allah (Imago Deo). Melalui “nafas Allah” yang dihembuskan kepada seonggok tanah ciptaan itu menjadi hidup. Namun gambar Allah hilang karena dosa dan dan ciptaan Allah pertama akan kembali menjadi tanah. Konsekuensinya seluruh keturunannya menjadi rusak. Tidak ada satu pun sejarah, cerita, tulisan, mitologi, legenda atau apapun yang disebut sebagai praduga pemikiran dan spekulasi manusia yang mampu menjelaskan tentang asal usul dosa selain Alkitab.

Setelah cerita tragedi kejatuhan Adam ke dalam dosa, maka drama dosa dalam sikap atau perbuatan jahat pun mulai dituliskan. Di awali dengan Kain membunuh adiknya Habel karena KEMARAHAN (Kej. 4), Lamekh yang membunuh seseorang karena DENDAM (Kej. 4:23-24), kecenderungan jahat manusia yang diakhiri dengan penghukuman Air Bah (Kej. 6), peristiwa pembangunan menara Bebel sebagai wujud dosa KESOMBONGAN (Kej. 11) adalah bukti-bukti otentik dosa sebagai perbuatan jahat manusia. Dengan demikian dosa dalam arti esensi (hakekat) berkelanjutan ke dalam dosa dalam perbuatan dan tindakan jahat.

Tragedi besar memilukan belum usai. Fakta kejatuhan manusia ke dalam dosa tidak diikuti dengan penyesalan yang amat sangat. Jika Adam dan Hawa menyadari dirinya telah berdosa dan dengan kesatria mengakui dan mengambil tanggung jawab secara gentlemen, maka cerita mungkin akan lain. Tetapi yang terjadi adalah manusia pertama itu tidak mau disalahkan. Adam menyalahkan Hawa, Hawa menyalahkan si Ular. Mereka berdalih-dalih dan sibuk melemparkan tanggungjawab kepada pasangannya. Jika upaya mencari kesalahan terus dilanjutkan, itu berarti Tuhanlah pada akhirnya yang bersalah. Bukankah itu tragedi? Tragedi yang melahirkan tragedi-tragedi lain? Sikap merasa diri benar dan orang lain bersalah adalah salah satu sifat dosa yang sangat dominan. Hal itu terus berlanjut dan nyata terlihat dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Orang yang tidak insyaf dirinya berdosa sama saja artinya mengatakan Tuhanlah yang berdosa. Bukankah banyak orang berfikir dan menuduh bahwa Tuhanlah yang menjadi penyebab dosa dengan dalih mengapa Dia menciptakan ular dan membiarkan ular itu mengggoda Adam jatuh dalam dosa? Adam menuduh isterinya berdosa supaya dirinya terlihat benar. Demikian juga dengan Hawa yang menuduh Ular. Mereka sengaja tidak mau mengaku dosa karena merasa dirinya benar. Semua orang yang berpikir bahwa dirinya BENAR dan TIDAK BERDOSA, pasti tidak mau MENGAKU DOSA dan orang-orang demikian PASTI tidak butuh PENGAMPUNAN. Padahal tanpa PENGAMPUNAN tidak ada KESELAMATAN!

WARNING
Roma 5:12:
“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (to be continued...)

0 komentar:

Post a Comment