“DOSA DALAM SKENARIO (3)”
Tragedi terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah adalah kejatuhan
manusia pertama Adam dan Hawa ke dalam dosa. Hal itu terjadi karena
ciptaan Tuhan pertama itu lebih memilih dan mengikuti keinginan Iblis
yang dipresentasikan oleh sosok ular yang menggoda mereka untuk memakan
buah terlarang, dari pada menuruti apa yang telah difirmankan-Nya.
Konsekuensi logis dari kejatuhan itu adalah jatunya vonis Tuhan:
“Kehidupan manusia yang diciptakan sesuai gambar Allah (Imago Deo).
Melalui “nafas Allah” yang dihembuskan kepada seonggok tanah ciptaan itu
menjadi hidup. Namun gambar Allah hilang karena dosa dan dan ciptaan
Allah pertama akan kembali menjadi tanah. Konsekuensinya seluruh
keturunannya menjadi rusak. Tidak ada satu pun sejarah, cerita, tulisan,
mitologi, legenda atau apapun yang disebut sebagai praduga pemikiran
dan spekulasi manusia yang mampu menjelaskan tentang asal usul dosa
selain Alkitab.
Setelah cerita tragedi kejatuhan Adam ke dalam
dosa, maka drama dosa dalam sikap atau perbuatan jahat pun mulai
dituliskan. Di awali dengan Kain membunuh adiknya Habel karena KEMARAHAN
(Kej. 4), Lamekh yang membunuh seseorang karena DENDAM (Kej. 4:23-24),
kecenderungan jahat manusia yang diakhiri dengan penghukuman Air Bah
(Kej. 6), peristiwa pembangunan menara Bebel sebagai wujud dosa
KESOMBONGAN (Kej. 11) adalah bukti-bukti otentik dosa sebagai perbuatan
jahat manusia. Dengan demikian dosa dalam arti esensi (hakekat)
berkelanjutan ke dalam dosa dalam perbuatan dan tindakan jahat.
Tragedi besar memilukan belum usai. Fakta kejatuhan manusia ke dalam
dosa tidak diikuti dengan penyesalan yang amat sangat. Jika Adam dan
Hawa menyadari dirinya telah berdosa dan dengan kesatria mengakui dan
mengambil tanggung jawab secara gentlemen, maka cerita mungkin akan
lain. Tetapi yang terjadi adalah manusia pertama itu tidak mau
disalahkan. Adam menyalahkan Hawa, Hawa menyalahkan si Ular. Mereka
berdalih-dalih dan sibuk melemparkan tanggungjawab kepada pasangannya.
Jika upaya mencari kesalahan terus dilanjutkan, itu berarti Tuhanlah
pada akhirnya yang bersalah. Bukankah itu tragedi? Tragedi yang
melahirkan tragedi-tragedi lain? Sikap merasa diri benar dan orang lain
bersalah adalah salah satu sifat dosa yang sangat dominan. Hal itu terus
berlanjut dan nyata terlihat dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Orang yang tidak insyaf dirinya berdosa sama saja artinya mengatakan
Tuhanlah yang berdosa. Bukankah banyak orang berfikir dan menuduh bahwa
Tuhanlah yang menjadi penyebab dosa dengan dalih mengapa Dia menciptakan
ular dan membiarkan ular itu mengggoda Adam jatuh dalam dosa? Adam
menuduh isterinya berdosa supaya dirinya terlihat benar. Demikian juga
dengan Hawa yang menuduh Ular. Mereka sengaja tidak mau mengaku dosa
karena merasa dirinya benar. Semua orang yang berpikir bahwa dirinya
BENAR dan TIDAK BERDOSA, pasti tidak mau MENGAKU DOSA dan orang-orang
demikian PASTI tidak butuh PENGAMPUNAN. Padahal tanpa PENGAMPUNAN tidak
ada KESELAMATAN!
WARNING
Roma 5:12:
“Sebab itu, sama
seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa
itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang,
karena semua orang telah berbuat dosa” (to be continued...)
0 komentar:
Post a Comment