Pages

Monday, November 18, 2013

“SOLUSI DOSA (4): PEMBENARAN”

“SOLUSI DOSA (4): PEMBENARAN”
Kesimpulan rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma adalah: “Semua manusia sidah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Rom. 3:23). Kita sudah tahu, kemuliaan Allah itu pernah diberikan kepada Adam dan Hawa ketika mereka diciptakan pertama sekali. Dengan sangat jelas Alkitab mengatakan: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej. 1:27). Gambar Allah itu adalah kemuliaan Allah yang akhirnya hilang karena dosa. Tidak ada satupun literatur di dunia ini yang mencatatkan tentang penciptaan manusia dan kejatuhannya ke dalam dosa secara jelas dan lengkap selain Alkitab!

Manusia pertama diciptakan bukan sekedar “bim salabim, maka jadilah.” Penciptaan yang “bim salabim” sebagaimana banyak dipercaya manusia adalah irrasional, absurd, kontrakdiktif, berantakan dan chaos tanpa paradigma. Oleh sebab itu hasil penciptaan seperti ini tidak dapat dikaji dengan nalar atau intelektualitas. Allah tidak pernah menciptakan dengan model “bim salabim” atau sejenisnya, tetapi berdasarkan kuasa dan intelektualitas yang tanpa batas. Oleh sebab itu dengan ilmu pengetahuan semua ciptaan yang bersifat materi seperti tubuh manusia bisa diurai dan dijelaskan secara pasti dan lengkap. Ternyata tubuh manusia merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat ribuan organ, jutaan unit dan milyaran sel yang berkaitan satu sama lain untuk membentuk sebuah kehidupan. Sungguh sebuah produk ciptaan yang sangat canggih dari yang Mahacanggih. Hal itu membuktikan intelektualitas Allah ada di dalam semua ciptaan-Nya. Jika tidak diciptakan dengan intelektualitas, maka manusia hanyalah dongeng Alice in Wonderland, Sinbad,Batman, Superman dan sejenisnya.

Kembali kepada masalah. Faktanya manusia yang diciptakan dengan intelektualitas dan gambar Allah, harus menjadi “barang rongsokan” atau hanya seonggok daging yang sedang berproses menjadi tanah oleh karena DOSA. Dari perspektif Allah sebagai Pencipta, manusia rusak total! Bukan hanya itu, dari perspektif hukum, manusia dinyatakan bersalah dan tidak benar karena telah melanggar hukum yang ditetapkan Allah. Alkitab mengabadikan kebenaran ini sebagaimana ditulis oleh rasul Paulus dengan mengutip kitab Mazmur 14:1-3: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak” (Rom. 3:10). Ketidakbenaran manusia telah menghantar mereka pada penghakiman dan putusan telah dijatuhkan. Putusan yang diterima oleh semua orang yang tidak benar adalah persis sama dengan putusan yang diterima nenek moyang mereka yaitu Adam dan Hawa. Hal itu sebagai konsekuensi hukum waris mewaris. Adam dan Hawa sebagai pewaris mewariskan segala sesuatu yang mereka miliki kepada anak cucu dan keturunannya yaitu seluruh umat manusia. Warisan itu adalah dosa dan kematian.

Pada tulisan-tulisan yang lalu telah dijelaskan apa hukuman yang harus diterima oleh manusia yang tidak benar (berdosa). Terpisah dengan Allah dan kematian kekal adalah vonis primer terberat dan disertai dengan semua vonis yang bersifat subsider. Tanpa pembenaran, manusia tetap bersalah dan harus menjalankan eksekusi atas semua hutang dosa yang sedemikian banyak. Tidak ada kesanggupan manusia untuk membela diri karena telah terbukti bersalah berdasarkan fakta yaitu DOSA. Di dalam dirinya sendiri, manusia tidak mempunyai alasan pembenar atau pemaaf untuk meluputkan mereka dari hukuman Allah. Manusia berdosa tidak punya kemampuan untuk membenarkan diri sekalipun dengan melakukan segala daya upaya terbaiknya.

Tetapi berita baik telah dinyatakan oleh Tuhan. Allah yang Mahabenar telah membuat jalan sebagai solusi atas ketidakbenaran manusia. Simaklah firman ini baik-baik: “Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan” (Rom. 3:21-22). Kata kunci dari firman Tuhan tersebut adalah kata “hukum Taurat, kebenaran Allah dan iman dalam Yesus Kristus.” Mari kita pelajari satu persatu.

Pertama, kata “ tanpa hukum Taurat” kebenaran Allah telah dinyatakan.” Apakah ukuran kebenaran Allah itu? Jika orang beragama berkata “Allah itu Mahabenar”, maka apakah yang menjadi ukuran kebenarannya? Bisakah diterima kesaksian yang tanpa dasar dan fakta untuk membuktikan bahwa Allah itu Mahabenar? Kesaksian seperti itu pasti tidak bisa diterima. Banyak orang menjadi subyektif karena tidak bisa memberi data dan fakta bahwa Tuhan itu Mahabenar. Tetapi Alkitab dengan jelas menjawab apakah ukuran kebenaran Allah itu. Ukuran kebenaran Allah adalah “hukum Taurat.” Ketika Allah memberikan hukum Taurat kepada bangsa Israel melalui Musa, maksudnya supaya bangsa itu memiliki konstitusi kebenaran dalam kaitannya dengan Allah dan manusia. Bangsa Israel, sebagai umat pilihan Tuhan, dituntut hidup benar di hadapan Tuhan dan manusia melalui kebenaran hukum Taurat.

Apakah Anda masih bingung dan kurang faham? Baiklah diberikan sebuah contoh. Melalui hukum Taurat Tuhan memerintahkan supaya manusia mengasihi Allah. Firman Tuhan: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:5). Mengasihi Tuhan adalah kebenaran yang terukir dalam hukum Taurat. Apa ukuran mengasihi Tuhan? Pikirankah? Perasaankah? Khayalankah? Perbuatankah? Tidak! Lalu, apa? Tuhan tidak membiarkan manusia bingung. Ukuran mengasihi Tuhan adalah “dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan.” Kurang dari ukuran ini bukanlah kasih dan kebenaran. Jika Anda dan saya mengasihi Tuhan kurang dari standar di atas, maka sebenarnya kita tidak mengasihi-Nya. Jadi, standar mengasihi Tuhan ditetapkan oleh Tuhan, bukan manusia. Standar Allah tidak akan pernah diturunkan barang sedikit pun! Allah konsisten dengan ukuran kebenarannya secara mutlak. Pertanyaannya, apakah manusia sanggup melakukan kebenaran ini secara konsisten dan sustainable? Jelas tidak mampu. Dan memang tidak seorang pun manusia mampu.

Jika tidak seorang pun manusia mampu mengasihi Allah sesuai standar-Nya, mengapa banyak orang berpura-pura mengasihi Dia? Mengapakah manusia menyeru nama-Nya yang Mahabenar sedangkan Dia benci kepada dusta dan kemunafikan? Apakah kita berfikir ketekunan kita beribadah, memberi sedekah, berbuat baik dan sebagainya sudah mencapai standar Allah? Bukankah kita hanya berdusta dan munafik karena sebenarnya kita tahu apa yang kita lakukan itu tidak memenuhi standar Allah? Mari kira mengukur dii sendiri dan memberi jawaban jujur apakah kita sudah mengasihi Allah sesuai kebenaran. Jika belum Anda dan saya ternyata jauh dari kebenaran Allah, yaitu hukum Taurat.

Itu baru satu perintah. Bagaimana dengan perintah lain? Sedihnya, gagal melakukan satu perintah hukum Taurat, maka gagal untuk keseluruhan (pars pro toto). Dan yang paling menyedihkan, gagal pada kesempatan pertama, maka tidak akan ada kesempatan kedua. Dengan memahami dan menyadari kebenaran ini, mestinya manusia frustrasi, stress dan takut karena di ujung dari kegagalan memenuhi tuntutan hukum Taurat adalah penghukuman. Firman Tuhan: “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat" (Gal. 3:10). Jenis hukuman orang terkutuk adalah disalibkan: “...sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah... (Ul. 21:23). Bisa dibayangkan resiko orang yang tidak benar karena tidak mampu melakukan perintah hukum Taurat yang kudus? Tidakkah manusia takut akan hal ini dan tetap berpura-pura di hadapan Allah?

Kedua, beriman dalam Yesus (Rom. 3:22). Meskipun manusia gagal memenuhi tuntutan hukum Taurat yang kudus, Allah memberi solusinya. Kembali sejenak kepada ayat yang mengatakan “tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan...” Artinya Allah telah meninggalkan cara hukum Taurat dan membuka jalan yang baru untuk manusia memperoleh pembenaran. Cara baru ini adalah beriman kepada Yesus Kristus. Dengan beriman kepada Yesus Kristus, maka setiap orang yang berdosa dibenarkan. Yesus Kristus adalah standar kebenaran Allah yang sempurna. Hanya Yesus Kristuslah yang mampu memenuhi standar kebenaran hukum Taurat. Dia melakukan semua hukum Taurat tanpa bercacat cela dan sempurna. Dan sejatinya Dialah nilai kebenaran yang berada di dalam hukum Taurat itu sendiri. Jika pada zaman dahulu standar kebenaran Allah tertulis dalam dua log batu yang berisi sepuluh hukum Taurat yang ditulis dengan jari Allah, maka pada zaman anugerah ini standar kebenaran Allah adalah firman Allah yang hidup, firman yang telah menjadi manusia yaitu Yesus Kristus.

Bukankah cara baru ini sangat ajaib dan penuh anugerah? Melalui iman kepada Yesus Kristus, kebenaran Allah dianugerahkan dengan cuma-cuma. Oleh sebab itu Anda dan saya yang percaya kepada-Nya menjadi orang benar. Pertanyaannya, sebenar apakah kebenaran orang yang percaya kepada Yesus? Jawabnya, sebenar kebenaran Yesus Kristus. Dan sejatinya Yesus Kristus adalah kebenaran (Yoh. 14:6). Luar biasa. Itu berarti, dengan mempercayai Yesus Kristus, maka kebenaran kita sama benar dengan kebenaran Allah. Itu sebabnya orang yang percaya kepada Yesus Kristus dengan senang hati akan diterima oleh Allah yang Mahabenar. Kurang dari itu, berarti tidak benar. Semua orang yang tidak benar pasti ditolak dan dibuang Allah!

WARNING

Rom. 3:23-24
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus (to be continued...}

0 komentar:

Post a Comment