“SOLUSI DOSA (4): PEMBENARAN”
Kesimpulan rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma adalah:
“Semua manusia sidah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Rom.
3:23). Kita sudah tahu, kemuliaan Allah itu pernah diberikan kepada Adam
dan Hawa ketika mereka diciptakan pertama sekali. Dengan sangat jelas
Alkitab mengatakan: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej. 1:27). Gambar Allah itu adalah
kemuliaan Allah yang akhirnya hilang karena dosa. Tidak ada satupun
literatur di dunia ini yang mencatatkan tentang penciptaan manusia dan
kejatuhannya ke dalam dosa secara jelas dan lengkap selain Alkitab!
Manusia pertama diciptakan bukan sekedar “bim salabim, maka jadilah.”
Penciptaan yang “bim salabim” sebagaimana banyak dipercaya manusia
adalah irrasional, absurd, kontrakdiktif, berantakan dan chaos tanpa
paradigma. Oleh sebab itu hasil penciptaan seperti ini tidak dapat
dikaji dengan nalar atau intelektualitas. Allah tidak pernah menciptakan
dengan model “bim salabim” atau sejenisnya, tetapi berdasarkan kuasa
dan intelektualitas yang tanpa batas. Oleh sebab itu dengan ilmu
pengetahuan semua ciptaan yang bersifat materi seperti tubuh manusia
bisa diurai dan dijelaskan secara pasti dan lengkap. Ternyata tubuh
manusia merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat ribuan organ,
jutaan unit dan milyaran sel yang berkaitan satu sama lain untuk
membentuk sebuah kehidupan. Sungguh sebuah produk ciptaan yang sangat
canggih dari yang Mahacanggih. Hal itu membuktikan intelektualitas
Allah ada di dalam semua ciptaan-Nya. Jika tidak diciptakan dengan
intelektualitas, maka manusia hanyalah dongeng Alice in Wonderland,
Sinbad,Batman, Superman dan sejenisnya.
Kembali kepada masalah.
Faktanya manusia yang diciptakan dengan intelektualitas dan gambar
Allah, harus menjadi “barang rongsokan” atau hanya seonggok daging yang
sedang berproses menjadi tanah oleh karena DOSA. Dari perspektif Allah
sebagai Pencipta, manusia rusak total! Bukan hanya itu, dari perspektif
hukum, manusia dinyatakan bersalah dan tidak benar karena telah
melanggar hukum yang ditetapkan Allah. Alkitab mengabadikan kebenaran
ini sebagaimana ditulis oleh rasul Paulus dengan mengutip kitab Mazmur
14:1-3: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak” (Rom. 3:10).
Ketidakbenaran manusia telah menghantar mereka pada penghakiman dan
putusan telah dijatuhkan. Putusan yang diterima oleh semua orang yang
tidak benar adalah persis sama dengan putusan yang diterima nenek moyang
mereka yaitu Adam dan Hawa. Hal itu sebagai konsekuensi hukum waris
mewaris. Adam dan Hawa sebagai pewaris mewariskan segala sesuatu yang
mereka miliki kepada anak cucu dan keturunannya yaitu seluruh umat
manusia. Warisan itu adalah dosa dan kematian.
Pada
tulisan-tulisan yang lalu telah dijelaskan apa hukuman yang harus
diterima oleh manusia yang tidak benar (berdosa). Terpisah dengan Allah
dan kematian kekal adalah vonis primer terberat dan disertai dengan
semua vonis yang bersifat subsider. Tanpa pembenaran, manusia tetap
bersalah dan harus menjalankan eksekusi atas semua hutang dosa yang
sedemikian banyak. Tidak ada kesanggupan manusia untuk membela diri
karena telah terbukti bersalah berdasarkan fakta yaitu DOSA. Di dalam
dirinya sendiri, manusia tidak mempunyai alasan pembenar atau pemaaf
untuk meluputkan mereka dari hukuman Allah. Manusia berdosa tidak punya
kemampuan untuk membenarkan diri sekalipun dengan melakukan segala daya
upaya terbaiknya.
Tetapi berita baik telah dinyatakan oleh
Tuhan. Allah yang Mahabenar telah membuat jalan sebagai solusi atas
ketidakbenaran manusia. Simaklah firman ini baik-baik: “Tetapi sekarang,
tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang
disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran
Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya.
Sebab tidak ada perbedaan” (Rom. 3:21-22). Kata kunci dari firman Tuhan
tersebut adalah kata “hukum Taurat, kebenaran Allah dan iman dalam Yesus
Kristus.” Mari kita pelajari satu persatu.
Pertama, kata “
tanpa hukum Taurat” kebenaran Allah telah dinyatakan.” Apakah ukuran
kebenaran Allah itu? Jika orang beragama berkata “Allah itu Mahabenar”,
maka apakah yang menjadi ukuran kebenarannya? Bisakah diterima
kesaksian yang tanpa dasar dan fakta untuk membuktikan bahwa Allah itu
Mahabenar? Kesaksian seperti itu pasti tidak bisa diterima. Banyak orang
menjadi subyektif karena tidak bisa memberi data dan fakta bahwa Tuhan
itu Mahabenar. Tetapi Alkitab dengan jelas menjawab apakah ukuran
kebenaran Allah itu. Ukuran kebenaran Allah adalah “hukum Taurat.”
Ketika Allah memberikan hukum Taurat kepada bangsa Israel melalui Musa,
maksudnya supaya bangsa itu memiliki konstitusi kebenaran dalam
kaitannya dengan Allah dan manusia. Bangsa Israel, sebagai umat pilihan
Tuhan, dituntut hidup benar di hadapan Tuhan dan manusia melalui
kebenaran hukum Taurat.
Apakah Anda masih bingung dan kurang
faham? Baiklah diberikan sebuah contoh. Melalui hukum Taurat Tuhan
memerintahkan supaya manusia mengasihi Allah. Firman Tuhan: “Kasihilah
TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:5). Mengasihi Tuhan adalah kebenaran
yang terukir dalam hukum Taurat. Apa ukuran mengasihi Tuhan? Pikirankah?
Perasaankah? Khayalankah? Perbuatankah? Tidak! Lalu, apa? Tuhan tidak
membiarkan manusia bingung. Ukuran mengasihi Tuhan adalah “dengan
segenap hati, jiwa, dan kekuatan.” Kurang dari ukuran ini bukanlah
kasih dan kebenaran. Jika Anda dan saya mengasihi Tuhan kurang dari
standar di atas, maka sebenarnya kita tidak mengasihi-Nya. Jadi, standar
mengasihi Tuhan ditetapkan oleh Tuhan, bukan manusia. Standar Allah
tidak akan pernah diturunkan barang sedikit pun! Allah konsisten dengan
ukuran kebenarannya secara mutlak. Pertanyaannya, apakah manusia sanggup
melakukan kebenaran ini secara konsisten dan sustainable? Jelas tidak
mampu. Dan memang tidak seorang pun manusia mampu.
Jika tidak
seorang pun manusia mampu mengasihi Allah sesuai standar-Nya, mengapa
banyak orang berpura-pura mengasihi Dia? Mengapakah manusia menyeru
nama-Nya yang Mahabenar sedangkan Dia benci kepada dusta dan
kemunafikan? Apakah kita berfikir ketekunan kita beribadah, memberi
sedekah, berbuat baik dan sebagainya sudah mencapai standar Allah?
Bukankah kita hanya berdusta dan munafik karena sebenarnya kita tahu apa
yang kita lakukan itu tidak memenuhi standar Allah? Mari kira mengukur
dii sendiri dan memberi jawaban jujur apakah kita sudah mengasihi Allah
sesuai kebenaran. Jika belum Anda dan saya ternyata jauh dari kebenaran
Allah, yaitu hukum Taurat.
Itu baru satu perintah. Bagaimana
dengan perintah lain? Sedihnya, gagal melakukan satu perintah hukum
Taurat, maka gagal untuk keseluruhan (pars pro toto). Dan yang paling
menyedihkan, gagal pada kesempatan pertama, maka tidak akan ada
kesempatan kedua. Dengan memahami dan menyadari kebenaran ini, mestinya
manusia frustrasi, stress dan takut karena di ujung dari kegagalan
memenuhi tuntutan hukum Taurat adalah penghukuman. Firman Tuhan: “Karena
semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah
kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan
segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat" (Gal. 3:10).
Jenis hukuman orang terkutuk adalah disalibkan: “...sebab seorang yang
digantung terkutuk oleh Allah... (Ul. 21:23). Bisa dibayangkan resiko
orang yang tidak benar karena tidak mampu melakukan perintah hukum
Taurat yang kudus? Tidakkah manusia takut akan hal ini dan tetap
berpura-pura di hadapan Allah?
Kedua, beriman dalam Yesus
(Rom. 3:22). Meskipun manusia gagal memenuhi tuntutan hukum Taurat yang
kudus, Allah memberi solusinya. Kembali sejenak kepada ayat yang
mengatakan “tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan...”
Artinya Allah telah meninggalkan cara hukum Taurat dan membuka jalan
yang baru untuk manusia memperoleh pembenaran. Cara baru ini adalah
beriman kepada Yesus Kristus. Dengan beriman kepada Yesus Kristus, maka
setiap orang yang berdosa dibenarkan. Yesus Kristus adalah standar
kebenaran Allah yang sempurna. Hanya Yesus Kristuslah yang mampu
memenuhi standar kebenaran hukum Taurat. Dia melakukan semua hukum
Taurat tanpa bercacat cela dan sempurna. Dan sejatinya Dialah nilai
kebenaran yang berada di dalam hukum Taurat itu sendiri. Jika pada zaman
dahulu standar kebenaran Allah tertulis dalam dua log batu yang berisi
sepuluh hukum Taurat yang ditulis dengan jari Allah, maka pada zaman
anugerah ini standar kebenaran Allah adalah firman Allah yang hidup,
firman yang telah menjadi manusia yaitu Yesus Kristus.
Bukankah cara baru ini sangat ajaib dan penuh anugerah? Melalui iman
kepada Yesus Kristus, kebenaran Allah dianugerahkan dengan cuma-cuma.
Oleh sebab itu Anda dan saya yang percaya kepada-Nya menjadi orang
benar. Pertanyaannya, sebenar apakah kebenaran orang yang percaya kepada
Yesus? Jawabnya, sebenar kebenaran Yesus Kristus. Dan sejatinya Yesus
Kristus adalah kebenaran (Yoh. 14:6). Luar biasa. Itu berarti, dengan
mempercayai Yesus Kristus, maka kebenaran kita sama benar dengan
kebenaran Allah. Itu sebabnya orang yang percaya kepada Yesus Kristus
dengan senang hati akan diterima oleh Allah yang Mahabenar. Kurang dari
itu, berarti tidak benar. Semua orang yang tidak benar pasti ditolak dan
dibuang Allah!
WARNING
Rom. 3:23-24
Karena semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh
kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus Yesus (to be continued...}
0 komentar:
Post a Comment