“DOSA DALAM SKENARIO (5)”
Pada tulisan yang lalu telah dijelaskan kegagalan manusia memenuhi
tuntutan hukum Taurat. Dengan kata lain, tidak ada seorang pun yang
mampu menuruti aturan-aturan agama. Hal itu disebabkan adanya
kesenjangan yang sedemikian lebar dan dalam antara manusia berdosa
dengan peraturan hukum agama tersebut. Manusia tidak mempunyai kapasitas
dan kualitas yang memadai untuk menuruti ajaran-ajaran agama yang
sedemikian tinggi. Sekali lagi, “Manusia bak burung Pungguk yang
merindukan bulan.” Jika manusia tidak mampu menuruti aturan-aturan
agama, maka manusialah yang tidak punya kesanggupan untuk taat. Lalu,
jika demikian, apa faedahnya menjadi orang yang mengaku beragama jika
tidak mampu taat? Bukankah manusia berarti munafik saja dan
ajaran-ajaran agama itu hanya menjadi pajangan saja? Yang paling
menyedihkan agama kerap dijadikan “alat” legitimasi untuk melakukan
kejahatan dan kekerasan.
Alkitab membuktikan bahwa agama sering
dijadikan sebagai “sarana” atau “alat” untuk berbuat jahat, kekerasan
dan konspirasi jahat. Atas nama agama dan kedudukannya yang tinggi dalam
struktur agama maka Ananias, Imam Besar, melakukan kejahatan berupa
kekerasan pisik kepada Paulus saat dia menyampaikan pembelaannya di
depan Mahkamah Agama. Perhatikan firman Tuhan ini: "Hai
saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati
nurani yang murni di hadapan Allah." Tetapi Imam Besar Ananias menyuruh
orang-orang yang berdiri dekat Paulus menampar mulut Paulus” (Kis.
23:1-2). Bukankah hal itu sebuah kejahatan yang dilakukan melalui agama?
Kejahatan lain yang lebih mengerikan adalah berupa konspirasi jahat
untuk membunuh Paulus yang dilakukan para agamawan, petinggi-petingginya
dan para pengikutnya (Bacalah Kisah Para Rasul Pasal 23:12-35).
Pada masa kini kejahatan dan kekerasan agama kerap terjadi di seluruh
dunia. Konflik agama menjadi sumber pertikaian yang paling utama antar
pemeluk agama. Padahal telah disepakati bahwa tidak ada satupun agama
yang mengajarkan kejahatan. Semua agama mengajarkan kasih sayang. Tetapi
mengapa tetap saja konflik sangat sering terjadi? Fakta ini membuktikan
bahwa manusia tidak punya kualitas, kapasitas dan kemampuan untuk
melakukan ajaran-ajaran agama tersebut. Bukan saja tidak taat, tetapi
mereka juga menggunakan agama untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
Agama dijadikan untuk kepentingan politik praktis, melakukan hegemoni
terhadap pemeluk agama lain, memperkaya diri sendiri dan lain
sebagainya.
Manusia harus sadar bahwa apa yang diajarkan oleh
agama bukanlah hal-hal yang jahat dan rendahan, tetapi mulia, kudus dan
bernilai. Jika tidak, manusia pasti hidup sembarangan saja. Apa ukuran
kemuliaan dan kekudusan itu? Ukurannya adalah kemuliaan dan kekudusan
Tuhan sendiri. Bukankah ajaran-ajaran agama itu diyakini berasal dari
Tuhan? Oleh sebab itu Tuhanlah yang berhak menentukan takaran atau
ukuran kekudusan dari ajaran-ajaran sebuah agama sedangkan manusia
tidak berhak, kecuali agama itu buatan manusia. Manusia hanya punya
kewajiban untuk mentaati semua aturan yang telah ditetapkan Tuhan. Dan
ukuran kekudusan Tuhan tercermin dalam sepuluh perintah Tuhan atau hukum
Taurat. Kurang dari kekudusan hukum Taurat, maka ajaran agama itu hanya
ajaran manusia, bukan ajaran Tuhan.
Hukum Taurat adalah
cerminan ukuran dan standar kekudusan dan kesucian Tuhan. Tidak
terbayangkan, betapa tinggi standar kekudusan Allah yang harus dilakukan
oleh manusia. Salah satu ajaran hukum Taurat adalah: “Jangan berzinah”
(Kel. 20:14). Makna berzinah bukan sekedar melakukan hubungan
seksualdengan lawan jenisnya secara ilegal, namun diperdalam menjadi
menginginkan seorang wanita yang bukan isterinya secara seksual dalam
hati dan pikiran adalah zinah. Menginginkan lawan jenis dalam pikiran
adalah zinah! (Mat. 5:28). Berzinah secara jasmani dan dalam pikran
adalah dosa! Dengan demikian tuntutan hukum Taurat ini sangat tinggi tak
berbatas. Mungkin saja seseorang tidak berzinah secara jasmani, tetapi
apakah ada orang yang berani berkata dan mengaku dirinya tidak pernah
berzinah secara pikiran? Demikianlah dosa sudah merusak manusia secara
mendasar.
WARNING
Rom. 2:23
Engkau bermegah atas
hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar
hukum Taurat itu? (to be continued...)
0 komentar:
Post a Comment