Pages

Monday, November 18, 2013

“DOSA DALAM SKENARIO (5)”

“DOSA DALAM SKENARIO (5)”
Pada tulisan yang lalu telah dijelaskan kegagalan manusia memenuhi tuntutan hukum Taurat. Dengan kata lain, tidak ada seorang pun yang mampu menuruti aturan-aturan agama. Hal itu disebabkan adanya kesenjangan yang sedemikian lebar dan dalam antara manusia berdosa dengan peraturan hukum agama tersebut. Manusia tidak mempunyai kapasitas dan kualitas yang memadai untuk menuruti ajaran-ajaran agama yang sedemikian tinggi. Sekali lagi, “Manusia bak burung Pungguk yang merindukan bulan.” Jika manusia tidak mampu menuruti aturan-aturan agama, maka manusialah yang tidak punya kesanggupan untuk taat. Lalu, jika demikian, apa faedahnya menjadi orang yang mengaku beragama jika tidak mampu taat? Bukankah manusia berarti munafik saja dan ajaran-ajaran agama itu hanya menjadi pajangan saja? Yang paling menyedihkan agama kerap dijadikan “alat” legitimasi untuk melakukan kejahatan dan kekerasan.

Alkitab membuktikan bahwa agama sering dijadikan sebagai “sarana” atau “alat” untuk berbuat jahat, kekerasan dan konspirasi jahat. Atas nama agama dan kedudukannya yang tinggi dalam struktur agama maka Ananias, Imam Besar, melakukan kejahatan berupa kekerasan pisik kepada Paulus saat dia menyampaikan pembelaannya di depan Mahkamah Agama. Perhatikan firman Tuhan ini: "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah." Tetapi Imam Besar Ananias menyuruh orang-orang yang berdiri dekat Paulus menampar mulut Paulus” (Kis. 23:1-2). Bukankah hal itu sebuah kejahatan yang dilakukan melalui agama? Kejahatan lain yang lebih mengerikan adalah berupa konspirasi jahat untuk membunuh Paulus yang dilakukan para agamawan, petinggi-petingginya dan para pengikutnya (Bacalah Kisah Para Rasul Pasal 23:12-35).

Pada masa kini kejahatan dan kekerasan agama kerap terjadi di seluruh dunia. Konflik agama menjadi sumber pertikaian yang paling utama antar pemeluk agama. Padahal telah disepakati bahwa tidak ada satupun agama yang mengajarkan kejahatan. Semua agama mengajarkan kasih sayang. Tetapi mengapa tetap saja konflik sangat sering terjadi? Fakta ini membuktikan bahwa manusia tidak punya kualitas, kapasitas dan kemampuan untuk melakukan ajaran-ajaran agama tersebut. Bukan saja tidak taat, tetapi mereka juga menggunakan agama untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Agama dijadikan untuk kepentingan politik praktis, melakukan hegemoni terhadap pemeluk agama lain, memperkaya diri sendiri dan lain sebagainya.

Manusia harus sadar bahwa apa yang diajarkan oleh agama bukanlah hal-hal yang jahat dan rendahan, tetapi mulia, kudus dan bernilai. Jika tidak, manusia pasti hidup sembarangan saja. Apa ukuran kemuliaan dan kekudusan itu? Ukurannya adalah kemuliaan dan kekudusan Tuhan sendiri. Bukankah ajaran-ajaran agama itu diyakini berasal dari Tuhan? Oleh sebab itu Tuhanlah yang berhak menentukan takaran atau ukuran kekudusan dari ajaran-ajaran sebuah agama sedangkan manusia tidak berhak, kecuali agama itu buatan manusia. Manusia hanya punya kewajiban untuk mentaati semua aturan yang telah ditetapkan Tuhan. Dan ukuran kekudusan Tuhan tercermin dalam sepuluh perintah Tuhan atau hukum Taurat. Kurang dari kekudusan hukum Taurat, maka ajaran agama itu hanya ajaran manusia, bukan ajaran Tuhan.

Hukum Taurat adalah cerminan ukuran dan standar kekudusan dan kesucian Tuhan. Tidak terbayangkan, betapa tinggi standar kekudusan Allah yang harus dilakukan oleh manusia. Salah satu ajaran hukum Taurat adalah: “Jangan berzinah” (Kel. 20:14). Makna berzinah bukan sekedar melakukan hubungan seksualdengan lawan jenisnya secara ilegal, namun diperdalam menjadi menginginkan seorang wanita yang bukan isterinya secara seksual dalam hati dan pikiran adalah zinah. Menginginkan lawan jenis dalam pikiran adalah zinah! (Mat. 5:28). Berzinah secara jasmani dan dalam pikran adalah dosa! Dengan demikian tuntutan hukum Taurat ini sangat tinggi tak berbatas. Mungkin saja seseorang tidak berzinah secara jasmani, tetapi apakah ada orang yang berani berkata dan mengaku dirinya tidak pernah berzinah secara pikiran? Demikianlah dosa sudah merusak manusia secara mendasar.

WARNING
Rom. 2:23
Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? (to be continued...)

0 komentar:

Post a Comment